September 8, 2024

CELENGAN

Tak pernah kukira, sekarang ditanganku sebuah smartphone kecil ada ditanganku.Smartphone seperti yang kuimpikan sejak setahun lalu.Lewat sebuah tabung plastik besar berlubang warna hijau bertuliskan “Rajin Pangkal Kaya”.Dan setiap kali aku menggunakan smartphone ini aku jadi teringat akan celengan itu.Celengan yang kalau digerakan selalu berbunyi krecek…krecek karena kebanyakan uang logam di dalamnya

“sampek kapan kamu nyelengi heh?”Tanya Oting sahabatku yang kukenal sejak SD

“ya sampek dapetin itu!”Jawabku sambil menunjuk sebuah sobekan gambar smartphone dari Koran yang ku tempel di dinding kamar.

Dari awal aku membeli celengan itu tujuannya untuk membeli smartphone, karena di masa globalisasi ini banyak hal yang harus diketahui.Dan smartphone mempermudah untuk meng-update info-info dengan cepat lewat internet.Apalagi anak remaja seperti aku ini.

Perjalanan untuk memenuhi celengan hijau besar itu tak mulus, banyak deraan keinginan hingga membuat celengan itu berkurang dan sempat menghilang.

Bukan cuma memancing yang harus sabar, menabung juga.

              Liburan tahun baru sudah dekat, setelah berfikir keras saat ujian akhir semester gasal akhirnya menunggu hari-hari liburan.Excited ? banget, senangnya bukan main. Apalagi melihat nilai di raporku yang terjauh dari huruf B.

              “Ji-ma-mun, tahun baru kemana?” Sahut Oting

              “Jangan panggil aku gitu dong, pakek di eja lagi.Kayak manggil anak TK aja” Jawabku kesal

              Jimamun, nama panggilan yang katanya panggilan sayang pakek muah muah dari Oting. Jimamun itu kependekan dari Jilbab Maju Mundur. Walaupun jilbabku tidak benar- benar maju mundur. Dia memanggilku begitu hanya karena satu hari saat pondok ramadhan, hingga  menyukai seseorang yang ku tak tahu nama dan kelasnya.

              “Lun lihat itu cowok, manis yak “

              Seketika aku menoleh dan kudapati segerombolan kakak kelas di lobby sekolah.”yang mana?”

              “Itu yang pakek baju taqwa warna hijau” Oting menunjuk –nunjuk ke arah gerombolan itu secara frontal hingga salah satu orang dalam gerombolan itu menoleh dan tentu saja aku dan oting langsung berbalik.BRAK!.

              Seorang laki-laki dengan baju kotak-kotak di tutupi jaket warna abu-abu dengan kacamata.Aku ingat betul.

              “Oting….” Kataku lirih.Aku terperangah saat melihat laki-laki itu mengambil beberapa buku pondok ramadhan dan berdiri sambil membenarkan kacamatanya. Aku terperangah hingga rasanya aku tidak bisa lihat apapun selain dia.Alay.

              “Lun, Lunar!” Oting memanggil-manggilku sampai menggerak-gerakkanku tapi percuma karena tatapanku fokus padanya.Laki-laki yang menabrakku.

              Dan diamku rasanya seperti melihat pelangi setelah hujan.Indah.Hingga ku tak mau memalingkan wajahku sedetik saja.”LUNARRR!” Suaranya menghancurkan lamunanku. “Maaf ya, permisi “ Laki-laki itu berjalan di sampingku .Melewatiku.Semuanya berjalan cepat.Aku pun tak mau lambat.”Tunggu!” Tak tahu kenapa aku bicara seperti itu.

              “Kenapa?”Tanya anak laki-laki itu yang cukup jauh posisinya dariku sekarang.

              Berfikir cepat Lunar…..

              ”Tas kamu terbuka” jawabku.Ia terlihat tidak mendengar suaraku dan ia mendekat “Apa?” Mataku membelalak.”Tasmu”.”Oh, makasih ya”.Jarinya mengetuk-ngetuk dahinya dan ia pun beringsut pergi.

              Mulutku terus tersenyum hingga ia pun berbelok.Oting yang sedari tadi melihatiku mulai membuat kesimpulan.”Ehem,Lunar” Oting berdehem.”Boleh modus, tapi kerudungnya yang bener”.dan saat itu aku baru menyadari gerakan jari laki-laki itu untuk memberi tahu kerudungku yang maju hingga hampir menutupi mataku.Ah, bodoh.Dan saat kutarik yang terjadi kerudungku naik hingga dahiku yang panjang dan lebar terlihat semua.Look so dumb

              “Dasar jilbab maju mundur, cowok itu gak bakalan pernah inget kamu deh kalo jilbab berantakan kayak gitu.”.Mendengar kata-kata itu, awan kumolonimbus dan petir-petirnya seakan masuk dalam tubuhku.

              “Aku panggilin cowok itu dan kenalin ke kamu deh” Oting tiba-tiba memberi secercah cahaya.”tapi namamu jimamun atau ji-ma-mun kali ya  aku kenalinnya, biar lucu”.”Jimamun?”Tanyaku.”Iya, jilbab maju mundur.Lucukan” Oting terlihat bangga menjelaskan nama ciptaannya jimamun itu.

              Seperti itulah asal-usul nama ji-ma-mun.Yang katanya panggilan sayang muah-muah dari Oting untuk laki-laki itu.

              “Anak TK kan unyuk, mun” Oting melanjutkan “Aku pun ketawa manggil kamu jimamun, inget asal-usulnya juga.That’s Idiot.” 

              “Inget asal-usul nama itu aku kok jadi males liburan ya” desahku. “pengen ketemu dia terus di sekolah ini”.Seketika menggalau.

              “Tak kasih nomernya a ? nanti WA dia, atau aku kasih QR kode linenya, atau  pin BBnya? Aku dapet dari temen MOSku dulu nih.hehehe.” Oting menjulurkan handphone smartnya.”Percuma” jawabku menghentikan omangan panjang lebarnya, aku menjulurkan handphone nokia n93i milikku “Gabisa” Mukaku kupalingkan dari Oting.Laki-laki itu tiba-tiba lewat.Tatapanku sayu saat melihatnya, tak ada semangat seperti biasanya saat bertemu dengannya.”Selamanya ya gini-gini aja, lihat dia dari jauh.dan kalau miracle ya kayak dulu, tabrakan sama dia”

              Oting dan aku terdiam.Cukup lama.Masih diam.Hingga aku dan dia berpelukan sambil tertawa.”Kita bodoh, untuk apa memikirkan hal itu.Dasar Oting.Bodoh.” desahku.

              Nyatanya saat liburan aku masih memikirkannya hingga aku membeli sebuah celengan.Mengisinya uang, berharap cukup untuk membeli smartphone seperti milik Oting.Setiap kembalian yang kudapat setelah membeli sesuatu yang diperintah ayah dan ibu ku celengan, atau seperti anak kecil merengek untuk mendapat uang dan di masukkan ke dalam celengan.Lucu.tapi itu masih belum cukup untuk membeli smartphone.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.