“Kalian dapat mengubah grafit menjadi intan dengan menggunakan suhu 3000 celcius dan tekanan 100.000 atm” (1)
Mendengarkan penjelasan guru membuatku sangat bosan. Setengah mati. Bagaimana tidak ? kalimat yang diucapkan barusan telah diulangi 4kali sejak 80 menit yang lalu. Akhirnya aku berdiri dari kursi kayu coklat membosankan dan pergi keluar kelas. Sendirian. Menghiraukan puluhan tatapan mata bingung dan iri karena aku berhasil meninggalkan pelajaran di tengah-tengah pelajaran tanpa ketahuan. Saat itu guru ku sedang menghadap papan tulis dan menuliskan suatu rumus biasa yang dibuat bertele-tele dan tidak mengetahui kepergianku. Aku menuju kantin untuk membeli minuman kaleng dingin untuk mendinginkan kepalaku dari bekas-bekas butiran pelajaran fisika. Lalu aku menuju lorong sekolah tempat lcd pengumuman dipasang untuk melihat-lihat pengumuman. Lebih tepatnya untuk duduk-duduk. Sendirian. Setiap slide berganti aku selalu memperhatikan pengumumannya. Padahal sebelumnya aku selalu menghiraukan pengumuman itu. Sudah 15 menit berlalu. Kurang 45 menit lagi menuju bel pulang sekolah. Bel yang juga panggilan surga bagiku. Masih lama pikirku. Akhirnya aku memutuskan untuk tidur disini. Sendirian. KRINGGGGGGGGGGGGGG
—
Kusiapkan buku pelajaran untuk besok dan berbagai stuff ku. Besok ada fisika lagi. Dan aku berniat untuk membolos lagi ke lorong sekolah. Sendirian. Setelah menyiapkan pelajaran aku turun ke lanti bawah dan pergi ke ruang tamu. Melamun. Kulihat foto keluargaku. Ibuku memakai dress hitam panjang tersenyum tulus. Ayahku memakai jas hitam dan hem putih juga tersenyum bahagia. Kakakku perempuan memakai mini dress berwarna hitam loreng-loreng tertawa bahagia. Adikku laki-laki memakai jas persis dengan ayahku yang hanya berbeda ukuran tertawa kemenangan. Dan disitu, aku, memakai mini dress berwarna hitam polos dan tersenyum datar. Lalu kualihkan pandangan ku ke samping pigura besar itu. Ke lemari kaca tempat berbagai piala dan penghargaan telah disusun rapi disana. Ibuku memperoleh 2 piala yaitu lomba memasak dan berdandan pada perayaan 17 Agustus lalu. Ayahku memperoleh 1 piala untuk lomba Super Dad dan 1 penghargaan sebagai manager terbaik di kantornya. Lalu 1 piala lomba pacu kuda milik adikku. Dan 2 piala olimpiade sains tingkat provinsi milik kakakku. Hanya itu. Dan aku belum menyumbang piala apapun disitu. Dulu aku menganggapnya masa bodoh dengan menyumbang piala pada keluarga ini. Tapi sekarang aku mulai memikirkannya. Sendirian.
—
Pelajaran fisika terletak di jam pelajaran pertama. Setelah sampai sekolah aku langsung menuju lorong sekolah. Sendirian. Aku duduk serileks mungkin dan mulai memasang earphone dan mendengarkan lagu sambil memejamkan mata. Sungguh surga dunia untuk saat ini. 30 menit berlalu dan aku melepaskan earphone ku dan mulai memperhatikan beberapa pengumuman di lcd tersebut. Tiba-tiba aku tertarik dengan pengumuman ini : “Ikutilah perukaran pelajar ke Jerman. Syarat dan ketentuan : 1. Menguasai bahasa Jerman dengan baik sesuai pelajaran yang telah ditambahkan. 2. Menguasai bahasa Inggris dengan baik. 3.Berusia minimal 15 tahun. 4. Pelajar. Bagi yang berminat silahkan mengambil formulir di ruang kurikulum saat jam istirahat dan mengumpulkannya saat itu juga. Danke..” Menarik. Pikirku. Tidak peduli saat itu belum jam istirahat aku langsung menuju ruang kurikulum untuk mengambil formulir. Sendirian. Apa salahnya mencoba ? semenit kemudian formulir pendaftaran sudah sampai di tanganku dan aku mengisi nya dengan sangsi. 5 menit kemudian kukumpulkan. Lalu aku diberi pengarahan bahwa akan ada tes bahasa Jerman dan bahasa Inggris 1 bulan lagi. Kuangguk-anggukan kepala tanda aku mengerti.
“Pemerintah Jerman memberikan fasilitas yang sangat baik bagi seluruh pelajar di hampir seluruh universitas atau institusi pendidikan tinggi disana” (2)
Jam pelajaran fisika sudah habis. Selanjutnya adalah bahasa Inggris. Aku berjalan kembali menuju kelas. Sendirian. Sepanjang perjalananku aku bepikir. Aku harus menguasai Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris,dan aku harus bisa. Harus. Sesampainya di kelas aku langsung duduk di bangkuku. Menghiraukan berbagai pertanyaan yang memburuku bagai debu yang terhempas angin di padang pasir. Miss Vero telah datang membawa berbagai piranti mengajarnya. Pokoknya otak ini harus bekerja keras. Kalau bisa sampai meledak ! kataku dalam hati sedikit lebay.
“Tidak ada kata dalam bahasa inggris yang bersajak/berirama dengan month, orange, silver, purple, angst, dan scalp” (3)
Miss Vero selalu memulai pelajarannya dengan kalimat apapun. Entah itu fakta atau pengalamannya sendiri. Yang jelas kalimat itu sangat membangun. Pertemuan kali ini dia membahas toefl, sesuai dengan acara pertukaran pelajar yang sedang heboh di sekolah. Sepanjang pelajaran kuperhatikan baik-baik penjelasanya. KRINGGGGGGGGGG. Waktu cepat berlalu jika kau sangat menikmatinya. Baru kali ini aku mempercayai kalimat itu. Selama ini aku selalu menganggap waktu hanya pelengkap dalam kehidupan ini. Tak berarti apa-apa. Aku tidak puas untuk pelajaran bahasa inggris kali ini. Saat Miss Vero meninggalkan kelas aku langsung mengejarnya dan meminta waktu saat pulang sekolah untuk pelajaran tambahan tentang toefl dan menjelaskan niatku tentang seleksi pertukaran pelajar. Hari ini hari Sabtu. Jadi pelajaran hanya sebentar. Aku langsung menuju ruang guru dan memulai jam pelajaran Miss Vero. Sendirian.
—
Aku mengikuti tes kemampuan bahasa jerman di suatu bimbingan belajar di kota untuk mengetahui seberapa kemampuan ku dan apa kekurangan ku dalam bahasa Jerman. Sejak SMP bisa dibilang aku jago dalam berbahasa jerman. Tapi sayangnya aku tidak pernah menggunakannya untuk prestasi. 30 menit kemudian hasil tes keluar dan aku meraih peringkat tertinggi dalam kelas tes tersebut. Kaget? Jelas. Karena di kelas itu terdapat beberapa siswa yang expert tapi peringkat mereka berada di bawahku. Lalu aku berjalan-jalan di wilayah tersebut dan menemukan tempat kursus bahasa jerman. Aku mendaftar disitu untuk persiapan seleksi 2 bulan kemudian. Sendirian.
“Kecepatan informasi dapat diproses selambat 0,5 meter/detik atau secepat 120 meter/detik (sekitar 268 mil/jam)” (4)
2 bulan terlewat sudah. Saatnya untuk tes dan seleksi. Ada 32 anak yang mengikuti seleksi ini. Dua pertiga dari anak-anak ini adalah juara kelas. Mulai SD aku tidak pernah juara kelas. Dan ini merupakan suatu ancaman kalau-kalau aku tidak bisa lolos. Pengawas mulai membacakan peraturannya dan membagikan soal tes. Kumulai dengan doa dan mulai mengerjakan. Satu-persatu soal kukerjakan dengan lancar. Bukannya aku sombong tapi ini kenyataannya. Bel tanda selesai mengerjakan telah dibunyikan dan pengawas mengambil lembar soal dan lembar jawaban. Kami dipersilahkan pulang dan melihat pengumumannya besok di mading sekolah. Hanya ada 3 anak yang diambil. Dan aku melangkah keluar dan pulang. Sendirian.
—
- Putri Futari
- Riko Indra
- Nikita Putri
Aku membaca namaku tercantum di urutan ketiga sebagai siswa-siswi yang lolos dan berangkat untuk pertukaran pelajar ke Jerman. Kebanggaan terhadap diri sendiri membuncah dalam dadaku yang rasanya ingin meledak. Menangis, berteriak, tertawa. Ingin rasanya kuungkapkan tapi tidak sekarang. Lalu aku menuju ke ruang kepala sekolah untuk diberi pengarahan. Sendirian. Rupanya 2 orang lainnya telah lebih dulu menuju kesini. Kami akan berangkat minggu depan.
Sebelum aku berangkat ke bandara aku menuju ke pemakaman ayah, ibu, kakak, dan adikku. Sendirian. Aku mendoakan mereka dan menumpahkan segala kebahagiaan ku disana. Aku tiada henti-hentinya menangis. Setelah dari pemakaman aku langsung menuju bandara. Sendirian. Ya, sendirian.